Ghosting Dalam Taaruf, Apakah Dapat Terjadi?
Sekarang ini kehidupan nyata dan maya sudah seperti tidak ada bedanya, dunia maya ya tempat semua manusia berkomunikasi, dunia nyata saat ini menjadi tempat manusia harus berjaga jarak, menyembunyikan wajah dan saling melindungi agar tidak sengaja saling menulari. Semua mulai memakai internet untuk bertatap muka, video-video, kelas-kelas, meeting-meeting. Bahkan sekarang mencari jodoh pun bisa via online.
Lalu, apakah etika berkomunikasi di dunia nyata harus dikesampingkan? Hanya karena tidak bertatap muka, hanya karena tidak bertemu badan dengan badan, sampai membuat kita jadi semena-mena dan tidak mempertimbangkan perasaan manusia lain? Begitu pula dengan taaruf secara online, apakah dapat pergi begitu saja jika tidak cocok?
Di dunia nyata maupun di dunia maya, perilaku ghosting sebetulnya sudah sering sekali terjadi. Namun, dalam taaruf, apakah ghosting dapat terjadi? Apakah taaruf berarti menjamin seseorang memiliki etika yang baik dalam berkomunikasi?
Ternyata tidak, seorang teman perempuan bercerita kepada saya tentang taarufnya yang pertama kali dengan lelaki. Sudah melalui proses yang panjang dan tinggal mengajak kedua orang tua untuk saling bertemu, tetapi pada hari yang ditentukan lelaki itu tidak datang. Sebagai perempuan berusia lebih dari tiga puluh tahun, dia menjadi sedih bukan main, terlebih orang tua tinggal ibu dan saudaranya sudah menikah semua. Lelaki itu sampai detik ketika teman saya bercerita sama sekali tidak memberi kabar.
Mungkin beberapa orang yang pergi tanpa perkataan apa pun mempunyai alasan tidak mau menyakiti, tidak mampu melihat kekecewaan pada wajah orang yang akan ditinggalkannya. Namun, jika kamu pernah melakukan atau berpikir bahwa cara ini yang terbaik dalam menyelesaikan hubungan,maka lebih baik kamu buang jauh-jauh pikiran tersebut. Perempuan ataupun laki-laki.
Walau begitu sebagian besar dari mereka juga sudah sadar jika apa yang dilakukan salah, tetapi karena nyalinya terlalu kecil untuk menghadapi calon pasangannya, dia memilih untuk kabur.
Walau menyakitkan, tetapi kamu patut bersyukur atas kepergiannya yang tanpa etika itu. Mengapa? Karena Allah telah menunjukkan perangainya kepadamu sebelum melangkah lebih jauh. Jadi, berhenti bertanya-tanya kenapa dia bisa pergi begitu saja, berhenti mencari-cari apakah kamu melakukan kesalahan atau tidak. Karena yang pergi tanpa berpamitanlah yang bermasalah.
Kenapa bisa begitu? Inilah alasannya.
Dia tidak berani berkata secara jujur
Mungkin saja selama ini dia tidak setuju tentang satu atau dua hal terhadapmu, tetapi terlalu tidak berani untuk menangkap raut kecewamu. Tidak punya nyali untuk menghadapi beragam pertanyaan darimu atau orang tua. Sebetulnya sikap yang seperti ini harus dihindari, karena jika ternyata telah menjalin hubungan yang serius nantinya akan susah.
Dia bisa jadi tidak menyatakan ketidaksetujuan, dia bisa diam saja, tetapi diam-diam di dalam kepala dan hatinya bertentangan tanpa berani menyatakan lalu berakhir dengan keputusan yang bisa diambilnya secara impulsif tanpa melibatkanmu.
Ia memilih pergi begitu saja dan melepaskan bebannya dalam menjelaskan satu dan lain hal kepadamu.
Si hobi lari dari masalah dan tidak mau bertanggung jawab
Masih ada kaitannya dengan alasan pertama, orang tersebut biasanya belum dewasa dan terbiasa lari dari masalah-masalah yang dia hadapi. Dia tidak tahan dengan tekanan dan lebih suka melepaskan beban yang menggelayutinya begitu saja. Maka bukankah kamu patut berbahagia ketika tidak menjadi pasangan orang seperti ini? Karena yang namanya hidup pasti penuh dengan masalah dan tekanan, lalu bagaimana dia bisa mengatasinya nanti bersamamu?
Akan lebih menyakitkan jika dia pergi ketika kamu dan dia sudah menjalin ikatan.
Menemukan seseorang setelah bertemu denganmu
Namanya hati yang misterius, kadang bisa berbolak-balik tanpa mengenal situasi yang ada. Mau diberitahu atau tidak sebetulnya tetap saja berakhir dengan menyakitkan, tetapi jika setidaknya diberitahu bukankah akan lebih melegakan untuk kedua belah pihak? Karena ketidak tidak ada penjelasan, pihak yang ditinggalkan bisa saja merasa bahwa ada yang salah dari dirinya.
Namun, yang perlu kamu tahu adalah dia bukannya tidak punya niat serius sejak awal. Hanya saja dia bertemu seseorang yang lebih membuatnya merasa yakin setelah bertemu denganmu.
Jadi jika ditanya apakah dalam taaruf ghosting dapat terjadi, tentu saja jawabannya iya, sebab semua orang baik kadang-kadang juga tidak tahu cara berkomunikasi yang baik. Entah sejak kecil komunikasi yang diajarkan kepadanya memang seperti itu atau dia tidak tumbuh dewasa dengan tanggung jawab beretika yang baik.
Semua orang dapat menjadi pelaku, semua orang dapat menjadi korban, kapan pun, dan di mana pun tidak terbatas pada hubungan romansa, tetapi hampir seluruh hubungan. Maka doanya mudah-mudahan kamu bukan menjadi pihak yang melakukannya dan apabila itu terjadi padamu, bisakah kamu bersyukur? Jangan tanya apa yang salah pada dirimu, tetapkan kesadaran bahwa yang pergi tanpa kabar berarti dia memang tidak seberani itu untuk menjalani hidup denganmu.