Ingin Cinta yang Luar Biasa, Salah Persepsi Bisa Sakiti Pasangan dan Dirimu
Ada fase di mana seseorang masih terjebak dalam pemikiran bahwa cinta adalah perasaan yang menggebu-gebu, selalu ingin bersama, diperjuangkan, pasangan selalu menuruti keinginan kita, selalu didukung semua sikap kita.
Cinta yang luar biasa katanya. Selalu ada setiap saat, selalu sabar, selalu mengalah. Mungkin pikiran ini terbentuk karena tontonan, bacaan, atau unggahan-unggahan video singkat pasutri di sosial media.
Jika pemikiran seperti ini tidak segera diatasi maka akan terjadi kekecewaan, pertengkaran, merasa tidak cinta lagi. Karena jadi bertanya-tanya kok sudah tidak menggebu lagi? Kok kadang ingin sendirian ya? Sudah tidak merasa diperhatikan lagi. Apa rasa cinta sudah pudar?
Hmmm, benarkah rasa cinta sudah pudar? Yuk baca sampai habis untuk menggali lebih lengkap
1. Perasaan manusia itu tidak statis
Perasaan manusia berubah-ubah, tidak diam di tempat, kadang marah, kadang sedih. Namun, fondasi dari perasaan itu sendiri tetap cinta, bukan benci. Cinta juga bisa naik turun, itulah pentingnya menikah bukan dilandasi karena cinta. Namun, menumbuhkan cinta itu sendiri adalah sebuah keharusan agar perjalanan pernikahan yang panjang ini terasa nyaman dan berarti.
Perasaan itu tidak pudar hanya karena tidak lagi menggebu, ini hanya perihal terlalu biasa bersama saja. Namun, memang PR setiap pasangan adalah saling membangun hubungan yang nyaman, membahagiakan, dan sesekali berikan kejutan.
2. Cinta itu mendorong untuk bertumbuh
Tidak mungkin setiap saat kita harus menuruti mau pasangan. Tidak mungkin kita membenarkan perlakuan yang tidak benar. Tidak mungkin kita terus membantu tanpa membiarkan pasangan tumbuh dan belajar mandiri. Cinta itu mendewasakan, cinta itu mengajarkan kepada kita untuk belajar berjalan di kaki sendiri. Menghadapi hidup yang keras, belajar menerima setiap penolakan dengan lapang, belajar bersabar ketika apa yang dimau tidak kita dapatkan.
Sama seperti bayi, mereka belum tahu apa yang baik dan tidak untuk diri mereka sendiri. Namun, orang tua tahu dan seharusnya mengajarkannya kepada anak.
3. Manusia punya cara komunikasi berbeda
Setiap manusia punya cara berkomunikasi mereka sendiri. Setiap manusia memiliki cara mereka menunjukkan rasa cinta di hati. Kamu punya cara mencintaimu, tetapi tidak seharusnya berharap orang lain menunjukkan dengan cara yang sama meski itu pasangan sendiri. Ya sesekali mungkin bisa, tetapi kamu mesti belajar cara mereka mencintai juga.
Bagi pasanganmu mungkin cinta bukan menunjukkannya di sosial media, meski kamu ingin dan itu cinta bagimu. Namun, baginya bisa jadi lebih kepada bersama denganmu, duduk berdua, saling bicara hal-hal sederhana, makan berdua, menonton bersama. Apa pun, apa pun yang tentang bersamamu, tetapi hanya kalian berdua, tidak terdistraksi oleh sosial media ataupun ditunjukkan ke manusia lain.
Sesederhana itu cintanya, barangkali kamu melihat itu sebagai hal yang terlalu biasa dan tidak sadar jika itu juga bentuk cinta. Maka mulai sekarang kamu bisa menatap matanya, di sana, di sana ada dirimu, hanya saja dia tidak berteriak, dia menyimpannya.
4. Ada saatnya ingin sendiri
Sendiri bukan berarti tidak lagi cinta, beberapa orang membutuhkan waktu bersama dirinya sendiri untuk memproduksi bahagia lagi. Kamu barangkali bukan tipe yang seperti itu dan tidak paham kenapa seseorang harus sendiri, tetapi percayalah orang setipe itu betul-betul butuh waktu sendiri. Sendiri bisa membuat mereka merasakan diri mereka kembali.
Lucu ya?
Begitulah.
Apalagi biasanya laki-laki butuh jeda sejenak untuk bicara kepada perempuannya soal apa yang sedang dia hadapi. Dia butuh merasakan perasaan itu sendiri dulu sebelum membicarakannya dengan pasangan, karena dia terbiasa untuk kuat, dia terbiasa tidak bilang kepada siapa-siapa sebelumnya. Sifat lelaki yang dibentuk untuk tangguh inilah yang membuat mereka bersikap demikian.
Kesimpulan
Jadi jelas ya, bahwa cinta itu tidak melulu membuat kita merasa luar biasa setiap hari. Cinta yang luar biasa justru mengajarkan kita tentang hidup yang memang pada dasarnya biasa-biasa saja, kadang senang kadang susah, kadang bahagia, kadang sedih, meski banyaknya ya biasa saja.
Sama seperti kehidupan yang kita jalani, monoton, sesekali luar biasa bahagianya, sesekali luar biasa sedihnya. Namun, meski begitu kita tetap bersyukur, kan?
Yuk mulai berbenah pandangan soal cinta yang luar biasa. Mudah-mudahan kamu dan pasangan bisa saling memandang cinta sebagai suatu pekerjaan yang harus dibentuk dan bukan apa yang hanya kita dapatkan saja. Cinta sebagai suatu perasaan dasar di hati masing-masing, meski perasaan yang melapisinya bermacam-macam. Sehingga sekesal apa pun tetap percaya bahwa kalian selalu saling cinta.