Apakah Ada Batasan Waktu Menikah untuk Perempuan?
“Sukses, sih, tapi sayang ya belum menikah.”
“Pasti bangga deh orang tuanya karena anaknya sesukses itu, tapi kalau belum nikah kasihan juga ya.”
“Sukses, sih, tapi kalau sudah jadi perawan tua juga syukur masih ada yang mau.”
Ada stigma di masyarakat yang menyesakkan untuk perempun sebagai makhluk hidup di muka bumi ini, khususnya di negara kita Indonesia. Tentang bagaimana masyarakat lupa bahwa perempuan juga manusia, bukan makanan yang punya masa kedaluwarsa, bukan barang yang semakin tua semakin tidak punya fungsi sebagaimana mestinya selain menjadi barang antik.
Sama halnya dengan laki-laki, perempuan juga punya hal yang mereka ingin capai dalam hidup. Banyak hal yang menjadi latar belakang mengapa perempuan belum menikah sampai usia sekian dan sekian, yang di mata masyarakat dianggap sebagai usia terlambat menikah untuk mereka.
Inilah beberapa alasan mengapa perempuan belum menikah, dan itu bukan tolok ukur sebuah keimanan ataupun harga diri mereka
Yang pertama
Siapa yang tahu jika dia sudah berikhtiar dengan baik menjemput jodoh? Siapa yang tahu jika dia juga menanti hadirnya kekasih hati dalam ikatan yang pasti? Siapa yang tahu jika dia sudah mengalami kekecewaan berkali-kali atas janji yang diingkari? Tidak ada yang tahu itu semua selain dirinya sendiri. Lalu seseorang terus mengingatkan usianya yang semakin kedaluwarsa, bukankah itu menzaliminya?
Kita tidak tahu takdir Allah bekerja bagaimana. Ketika banyak manusia dapat berbicara di dunia ini, bukan berarti Allah tidak boleh memberikan ujian-Nya kepada hamba terpilih untuk menjadi sedikit diam di muka bumi ini, kan? Begitu juga dengan usia menikah. Allah berhak memberikan waktu masing-masing kepada hamba-Nya, waktu terbaik yang sudah Dia tuliskan.
Yang kedua
Perempuan dengan latar belakang yang menyakitkan; orang tua bercerai, korban kekerasan, pernah disakiti oleh lawan jenis sampai menimbulkan trauma, dan segala macam cerita menyedihkan bisa membuatnya jadi cemas akan masa depan. Rasa cemas ini bisa saja tidak mereka sadari sumbernya dari mana, tetapi jenis emosi inilah yang sebetulnya otak pakai untuk melindungi inang atas rasa takut mereka.
Orang-orang tidak merasakan apa yang dirasakan perempuan ini, rasa cemasnya membuat dia lebih berhati-hati, tetapi orang lain mungkin melihat ini sebagai sebuah alasan mengulur waktu untuk menikah. Bahkan beberapa mengatakan sebagai perasaan yang berlebihan, karena pada kenyataannya banyak anak dari latar belakang yang menyakitkan tetap berkeluarga di usia normalnya perempuan menikah.
Kembali lagi kepada takdir, ketika Allah sudah menetapkan waktu untuk bertemunya sepasang anak manusia yang berjodoh, maka tentu akan ada alasan yang membuat hati mau. Itu pun pastinya melalui perjalanan yang panjang untuk berkata “Ya, aku akan menikah” Hanya saja orang lain tidak tahu. Orang lain tidak merasakan perjuangan calon pasangan dan perjuangan perempuan itu sendiri dalam meyakinkan hati.
Yang ketiga
Bisa jadi perempuan yang menunda menikah sedang menjadi tulang punggung untuk keluarga. Di kondisi bumi saat ini, di mana perempuan lebih banyak dari laki-laki, bukan tidak mungkin ada kondisi di mana perempuan menjadi harapan hidup keluarganya. Kemudian untuk menemukan lelaki yang mampu menerima kondisi itu juga bukan hal yang mudah. Terlebih perempuan yang memiliki situasi ini biasanya tidak punya cukup waktu untuk mencari, sebab waktunya lebih banyak habis untuk bekerja.
Lagi dan lagi, ini semua kembali kepada takdir yang sudah Allah tuliskan dengan indah di sisi-Nya. Tidak ada satu pun manusia mampu mengkritik hal itu dan sebetulnya tidak boleh. Sebab ketika mulut manusia mengeluarkan kalimatnya, bila itu tidak sanggup diterima dengan baik oleh seseorang karena satu dan lain hal maka lukanya akan membekas. Menjadi sebuah momok yang meresahkan dan bisa jadi hidupnya yang semula penuh syukur tidak lagi menjadi demikian.
Tadi adalah poin terakhir artikel ini, tetapi bukan menjadi alasan terakhir untuk perempuan yang belum menikah, karena banyak hal dapat terjadi di hidup manusia di luar akal kita, di luar pengetahuan kita. Untukmu perempuan yang belum menikah, kamu tetap berharga, tidak ada waktu kedaluwarsa dari menjadi perempuan. Allah menciptakan manusia sama berharganya, sekalipun belum menikah, tetap ada ibadah lain yang dapat kamu lakukan dengan baik dan bernilai surga di mata-Nya. Statusmu tidak menjadi penghalang cinta Allah kepadamu.
Mudah-mudahan sabarmu diluaskan, karena kita tidak mampu mengatur mulut manusia yang kadang menyakitkan, tetapi kita mampu menjaga hati kita sendiri.