Apakah Salah Menjadi Pemilih Saat Taaruf?
“Jangan pilih-pilih, nanti susah jodoh.”
“Nanti kalau udah telanjur tua, baru mau sama siapa aja.”
Apakah salah menjadi pemilih saat taaruf? Hanya karena seseorang datang dan mengajukan niat serius, maka kita tidak boleh menyia-nyiakannya dengan menerima saja tanpa menindaklanjuti hal-hal yang penting? Well, sebetulnya menerima tawaran bertaaruf dengan seseorang sudah menjadi satu cara tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Namun, sebagaimana fungsinya, taaruf berarti berkenalan, mengenali. Dua manusia asing yang kemudian bertemu, hendak merancang kehidupan baru yang serius, dimulai dari mana semua itu jika bukan dari mempertanyakan hal-hal krusial dari diri masing-masing.
Perbedaan antara baik dan tepat
Kita dapat menganggap semua manusia baik, mengagumkan, dan hidupnya barangkali sudah sempurna untuk menjadi kandidat calon pasangan. Namun, banyak hal lebih penting untuk diketahui. Banyak hal perlu menjadi pertimbangan untuk satu sama lain. Lalu ketika seseorang yang baik itu ternyata tak sejalan dengan visi dan misi hidup kita, apakah lantas harus menerima dengan mengorbankan visi dan misi salah satunya? That’s so unfair.
Satu kali menolak, mungkin orang-orang di dekatmu tidak akan terlalu mempermasalahkannya. Namun, jika sampai dua atau tiga kali dan beberapa kali terulang lagi, siapa yang tak tergerak untuk mulai mencoba menasihatimu agar tidak terlalu pemilih? Kamu bisa menerima nasihat itu dengan baik awalnya, tetapi makin lama terdengar makin mengesalkan, seseolah kamu tidak sedih selalu melalui fase ketidakcocokkan dengan pasangan taarufmu.
Menikah itu untuk seumur hidup
Padahal impian semua orang adalah bertemu satu yang ternyata jodoh untuk selamanya.
Bisa jadi juga yang mulai muak atau mengkritik kita adalah diri sendiri. Waktu yang berlalu dengan sia-sia, menghabiskan beberapa lembar proposal menikah atau data diri, tetapi semua selalu berakhir dengan kata ‘tidak’ karena keraguanmu. Kamu mulai berpikir jika ada sesuatu yang salah dari dirimu. Kamu merasa dirimu terlalu berlebihan padahal teman yang lain bisa mendapatkan pasangan dengan mudah. Terlebih ditambah mendengar ucapan orang lain, kamu semakin yakin ada yang salah.
Mudah-mudahan tulisan ini mampu menenangkan hatimu yang gundah karena tidak lekas menemukan seseorang yang tepat padahal sudah melakukan proses taaruf berkali-kali.
Allah yang punya kuasa
Yah, kita semua mengharap hal baik terjadi seperti apa yang orang dapatkan, tetapi Allah punya kuasa dalam memilih beberapa hamba-Nya untuk menerima suatu ujian. Untuk meningkatkan rasa sabar, menguji ketakwaan, dan keikhlasan dalam menjalani semua ketetapan-Nya.
Jangan memaksakan diri
Menjadi pemilih tidak salah, kamu tidak perlu mengutuk atau marah kepada diri sendiri karena tidak lekas menemukan seseorang yang sanggup membuatmu yakin. Pertama kamu bisa jadi merasa bersalah kepada seseorang yang telah tertolak, kedua kamu merasa bersalah dengan dirimu sendiri karena tidak lekas menikah, ketiga kamu merasa bersalah kepada orang tuamu yang sudah berharap melihatmu menikah.
Lepaskan perasaan bersalah itu, tidak apa-apa untuk belum menemukan. Jangan memaksakan diri, selagi kamu tahu betul alasan menolak, mampu dipertanggungjawabkan dengan baik, tidak apa-apa. Kamu berhak melakukannya untuk masa depanmu sendiri kok. Karena kelak yang akan menjalaninya adalah kamu.
Semua orang juga pemilih
Semua orang pada dasarnya pemilih kok, tetapi beberapa dari mereka beruntung dipertemukan langsung dengan jodohnya oleh Allah. Namun, bukan berarti kamu tidak beruntung, keraguanmu dan penolakan itu menjadi saksi bahwa kamu beruntung. Kamu mampu memakai logika dengan baik, di saat beberapa orang dimabuk cinta dan tak mampu berpikir secara jernih. Kamu masih diberi satu kelebihan oleh Allah yaitu mampu berpikir dan memilih yang tepat untuk dirimu sendiri.
Ya, salah satu fungsi akal diberikan kepada manusia, kan, gunanya memang untuk berpikir; menyusun strategi, menganalisa, dan memutuskan.
Jadi, tidak apa-apa sekali lagi untuk menjadi pemilih, kamu berkuasa dan bertanggung jawab penuh terhadap pilihanmu. Semoga setelah membaca ini yang sedih karena mengalami hal yang serupa diangkat kesedihannya, diceriakan wajahnya, dan dilapangkan hatinya agar ibadah menjadi lebih bermakna.