Belajar Berdiam Diri Sebelum Melepas Amarah
Waktu kecil kita tidak dapat menyaring mana yang boleh dikatakan dan tidak, mana yang akan menyakiti orang lain dan tidak. Sehingga semua perkataan bisa keluar tanpa beban, termasuk emosi yang dirasakan. Itulah mengapa anak-anak tidak malu menangis atau marah di depan umum, mereka belum tahu cara mengontrol rupa-rupa emosi di dalam diri. Kebiasaan ini bisa berlanjut sampai dewasa, secara impulsif berteriak saat marah, membentak, menendang, atau merusak sesuatu.
Sebelum menikah
Sebelum menikah apalagi memiliki anak, alangkah baiknya jika kamu belajar untuk mengendalikan emosi dulu. Mungkin kamu merasa baik-baik saja, dapat menyesuaikan diri dengan tekanan apa pun, kamu merasa sudah berusaha menjadi pribadi yang baik. Namun, kadang sifat ini tidak datang karena kamu bukan orang yang baik, melainkan bisa jadi datang karena luka masa kecil atau inner child yang terluka.
Sebab kita tentu tidak ingin mewariskan inner child karena belum tuntas mengatasi luka di masa kecil dan terus berlanjut tanpa penangan, lalu kita justru melukai anak bahkan kepada pasangan. Untuk itu, jika kamu memang mencintai pasangan dan berharap yang terbaik untuk calon buah hati nanti, sebaiknya atasi dulu luka masa kecil itu.
Inner child yang terluka
Kenapa inner child yang terluka harus disembuhkan, padahal manusia tampak baik-baik saja dan normal? Sebab biasanya manusia tidak menyadari bahwa masih ada luka di dalam dirinya dari masa lalu yang turut membentuk dirinya di masa kini, dan menjadi penyebab dia tidak mampu mengendalikan diri ketika ada sesuatu yang membangkitkan luka itu. Dia bisa jadi tidak bermaksud demikian, tidak bermaksud untuk menyakiti, seperti terjadi secara … impulsif.
Maka itu akan menjadi sangat berbahaya untuk pasangan, anak, atau orang sekitar bukan? Bila dia menjadi orang tua dan menyakiti anaknya, maka sang anak akan mendapat luka yang sama dan akan menyakiti anaknya lagi jika mata rantai ini tidak diputus sampai di dirinya sendiri.
Kenapa inner child terluka?
Inner child dapat terluka karena misalnya saja semasa kecil mendapat pengabaian, kekerasan, atau melihat hal itu terjadi di depan matanya secara kontinu. Sehingga itu membentuk trauma dan memengaruhinya, yang mana ini dimaksud untuk melindungi inner child yang terluka. Seperti rasa cemas, tidak mudah percaya orang, mudah curiga, tidak percaya diri, mudah tersinggung, sampai perasaan tidak aman. Bila ini terus berlanjut tentunya akan berpengaruh kepada pola hubungan yang dia bentuk dengan orang-orang sekitar.
Sebetulnya sudah banyak psikolog yang menyuarakan ini sebagai sebuah problem yang seharusnya diatasi, apalagi jika memiliki rencana untuk menikah. Sebab proses penyembuhannya tidak sebentar dan sangat personal, tergantung bagaimana diri orang tersebut.
Cara menyembuhkan
Lalu bagaimana sih cara menyembuhkan inner child? Terkoneksi dengan diri sendiri. Pelajari cara untuk mengenal diri dengan baik, belajar mindfullness, belajar untuk diam dan mencerna emosi. Beberapa yang bisa kamu lakukan;
Temukan luka itu
Rangkul ia, terima dan sadari bahwa ia ada sebagai sebuah proses kehidupan yang memang sudah terjadi. Ajak ia berdiskusi, katakan bahwa dirimu telah berjalan sejauh ini dengan baik dan patut diapresiasi, kamu telah hidup sejauh ini dengan baik-baik saja. Ketika perasaan itu muncul entah amarah dan kesedihan, diamlah sejenak, sadari bahwa kamu memang harus diam karena ketika amarah itu diluapkan secara impulsif nantinya akan menimbulkan penyesalan.
Memendam sesuatu
Jangan pernah lagi memendam sesuatu, katakan jika kamu terluka, kamu sekarang sudah dewasa dan bukan anak kecil yang bisa diabaikan. Katakan jika kamu bersedih, tidak masalah untuk orang dewasa bersedih, sebab ujian hidup tidak berhenti ketika kita beranjak dewasa. Menjadi dewasa bukan berarti kita diberi imun yang kuat terhadap rasa sakit.
Jika sudah mengatasinya
Jadi, ketika kamu sudah mengatasi luka masa kecil itu, amarah tidak akan keluar secara meledak-ledak, proses penyembuhan itu membawamu pada kontrol diri yang lebih baik, yang paling penting adalah menjaga kesadaran diri terhadap segala emosi yang kita rasakan. Ingat untuk berhenti sejenak dan bernapas, sebab ketika kita terlalu sibuk bergerak kita tidak mampu merasakan esensi diri sendiri. Kebijaksanaan pun hadir dari diri yang tenang dan dapat menyerap segala informasi ke dalam diri secara baik.
Mudah-mudahan kamu mampu menemukan luka itu dan merangkulnya, tak apa meski lama, tak apa meski sesekali kamu kelepasan, kamu bukan orang yang jahat. Itu manifestasi dari cara dirimu menjaga inangnya. Bersabarlah dalam prosesnya.