Sebelum Taaruf, Ajukan Pertanyaan Ini Kepada Diri Sendiri
Taaruf adalah proses yang dilakukan ketika seseorang sudah benar-benar yakin bahwa dirinya siap untuk serius, bukan begitu? Orang-orang yang melakukan proses ini berarti bukan sedang hanya ingin mengenal saja, tetapi ingin mengenali calonnya sebaik mungkin sebelum akhirnya mencari keyakinan bahwa kamu dan dia sama-sama tepat untuk membersamai satu sama lain.
Lalu, apa sih yang paling penting yang harus dilakukan sebelum memutuskan taaruf?
Mengecek secara detail latar belakang calon? Bukan, bukan itu, step pertama yang paling penting justru adalah mengecek diri sendiri. Sebab, sebelum mengajukan pertanyaan kepada calon pasangan alangkah baiknya kita sudah tuntas menanyai diri sendiri.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri, jika kamu bisa menjawabnya dengan yakin dan mantap maka itu artinya kamu sudah siap menanyai calon pasangan.
1. Apakah aku sudah belajar berkomunikasi dengan baik dan benar?
Komunikasi adalah hal krusial yang dimiliki setiap manusia, karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Bukankah manusia memang diciptakan dengan skill komunikasi? Betul, tetapi jika tidak diasah maka belum tentu akan sampai di tingkat baik dan benar.
Semua orang tentu saja bisa mengatakan apa yang mereka mau, tetapi belum tentu semua orang mampu mengatakannya di saat yang tepat dan tidak menyakiti hati orang lain. Semua orang memang memiliki keinginan, tetapi belum tentu mereka bisa mengatakannya dengan pertimbangan yang matang, asal mengatakan keinginannya tanpa mempertimbangkan orang lain, itu juga tidak tepat.
a. Cara berkomunikasi dengan baik dan benar
Berkomunikasi dengan baik dan benar adalah di mana kamu harus meredam ego ketika menerima pendapat dari orang lain. Tidak hanya ingin menang sendiri, tetapi mempertimbangkan hal tersebut sebagai saran. Sebab, ketika kelak sudah menikah, akan ada banyak sekali perbedaan antara kamu dan pasangan.
Hal ini terjadi karena kalian berbeda, diasuh dengan pengasuhan yang berbeda, dengan kebiasaan yang berbeda, dan pemikiran yang bisa jadi sama sekali berbeda. Sesuatu yang baginya biasa saja bisa sangat menyakitimu dan sebaliknya. Jika komunikasi sudah tepat dan benar, orang cenderung tidak langsung menyalahkan, tetapi membicarakannya, kalau perlu berdebat dengan sehat, lalu mencari jalan tengah yang membuat kedua hati lega.
b. Skill komunikasi
Sampai di sini apakah masih berpikir jika skill komunikasi yang baik dan benar itu tidak perlu dipelajari? Bahkan, sampai kapan pun semua orang perlu terus belajar, tidak apa-apa jika sesekali masih kesusahan menahan emosi dan kesal. Emosi yang seperti itu wajar dan sehat, selagi tidak berakhir dengan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Komunikasi yang sehat juga termasuk ketika kamu bisa mengutarakan maumu dengan baik, tanpa menyindir, memberi kode, atau isyarat. Jika kamu mau sesuatu katakan, jika berharap sesuatu katakan, jika marah katakan, jika sedang lelah bicarakan. Jangan berharap orang lain tahu tanpa kamu beri tahu.
2. Sudahkah kamu bisa marah dengan tepat?
Marah adalah emosi yang wajar dan bisa terjadi kapan saja dengan pemicu eksternal yang kerap tidak diduga. Namun, bagi orang yang memiliki kematangan berpikir, biasanya marah bukan emosi negatif melainkan emosi yang sama dengan bahagia, sedih, terkejut, syok, dan lain sebagainya.
Maksudnya bagaimana? Jadi, saat marah, mungkin sesekali akan ada waktu di mana orang sabar pun bisa lepas kontrol ketika hal yang krusial mereka diusik. Namun, hal itu tidak terjadi setiap saat, bukan? Marah dengan tepat artinya ketika sedang merasakan emosi itu kamu tidak lantas berteriak, memaki, melempar sesuatu, atau menyakiti fisik orang lain.
Marah yang benar
Manusia dengan mental yang matang dan sehat cenderung marah dengan tenang, mereka memang bisa marah-marah kepada orang lain, tetapi tidak hanya sampai di situ, melainkan mencoba untuk evaluasi diri dan situasi. Apa yang baru saja terjadi? Apa yang salah? Apa yang perlu dibicarakan? Apa yang perlu diperbaiki?
Jadi tidak hanya sekadar marah, melainkan jika hal itu penting dan patut dibicarakan atau diselesaikan, mereka akan menyelesaikannya dan tidak lari atau meninggalkan orang lain dengan hati yang belum damai, atau bahkan menyimpan rasa sakit di hatinya.
Hal ini berguna ketika kamu memiliki pasangan nantinya, sehingga apa pun yang terjadi kalian yakin bisa menghadapinya, karena semua akan dapat diselesaikan baik-baik. Lagi-lagi ini ada hubungannya dengan komunikasi ya. Tidak hanya itu loh, akan berguna juga ketika kelak memiliki anak, kamu mampu memberikan contoh bagaimana cara meregulasi emosi yang baik dan benar.
3. Bagaimana kamu memandang posisi suami atau istri?
Apakah kamu memandang suami atau istri sebagai partner yang seimbang, maksudnya dalam hak dan kewajiban, sehingga kelak tidak merasa ada yang melayani dan ada yang dilayani. Sebab, pernikahan adalah perjalanan, perjuangan, dan kerja sama kedua belah pihak. Jika salah satu diminta berkorban sedangkan yang lain terus menerima, itu akan menyakiti mereka dan melelahkan, apalagi untuk dijalani seumur hidup.
Kesimpulan
Apa pun yang diinginkan, diharapkan, dan menjadi visi misi rumah tangga, maka wajib menyenangkan dan melegakan kedua belah pihak. Inilah yang dinamakan seimbang. Oleh karena itu carilah pasangan yang sesuai dengan prinsipmu agar hal ini bisa terlaksana dengan baik.
Mudah-mudahan kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan baik, dari situ kamu akan tahu pasangan seperti apa yang kamu butuhkan. Semoga persiapan ini menjadi salah satu jalan menemukan pasangan yang tepat untukmu di kemudian hari.